Tiga Bacawabup Adu Jargon.Khulaim Usung Mbangun Deso Noto Kuto.Sholichul Umam Tawarkan “Sidoarjo Maslachah”.Dr Andre Teriakkan”Wis Wayahe Rakyat Diopeni,Ora Malah Diapusi”


Tiga Bacawabup,M Sholichul Umam.H Khulaim Zunaedi (tengah) serta Dr Andre Yulius sesaat sebelum acara pemaparan Visi dan Misi.

Tiga Bacawabup dan Ketua komunitas WAG RPS Sujani S Sos berpose bersama usai acara dialog.(Dillah)

DIMENSINEWS.COM SIDOARJO; Tiga Bakal Calon Wakil Bupati (Bacawabup) Sidoarjo,antara lain, H Khulaim Zunaedy (PAN), M Shochibul Umam (PKB) serta Dr Andre Yulius (PDIP) akhirnya hadir dalam acara Dialog sesi ke 2 yang digelar oleh Komunitas WA Group Ruang Publik Sidoarjo (RPS) Sabtu (15/6) malam kemarin.
Kehadiran 3 politisi muda yang selain telah resmi mendaftar di tiga partai berbeda dan masing2 juga berbeda latar belakang tersebut semakin memarakkan konstelasi Pilkada Sidoarjo yang akan digelar bulan November depan.
Dihadapan tak kurang dari 100_an undangan yang hampir memenuhi ruang cafe ‘Bu Atiek’ itu,secara bergantian tiga Bacawabup yang masih muda dengan menggebu saling mengenalkan jargon dan memaparkan Visi dan Misi mereka.
Sholichul Umam,politisi muda yang mendapat giliran kedua saat memaparkan Visi Misinya menjelaskan,bahwa kondisi Sidoarjo secara umum saat ini sedang tidak baik-baik saja.
“Untuk itu saya mengusung konsep “Sidoarjo Maslachah”.tukas Solichul Umam .
Dimana konsep tersebut bertujuan untuk mengembalikan kembali ruh dan Marwah Pemerintah Sidoarjo era Tahun 2000_an (era Bupati Win Hendrarso-Saiful Ilah) pernah mengalami masa2 gemilang.
Prinsip dasar Sidoarjo Maslachah menurut Umam,panggilan akrab politisi yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris DPW PKB Jatim ini sangat dibutuhkan untuk mengembalikan kejayaan Kabupaten yang dulu bertabur penghargaan ini.
“Dalam catatan saya,ada 5 problem besar yang dihadapi Sidoarjo saat ini.yakni birokrasibyang carut marut.Minimnya aktivis yang masuk di jajaran Legislatif,Cost politik yang sangat mahal,Legacy penguasa,serta egoisitas dijajran elit politik lokal.
“Ideologi yang seharusnya menjadi prinsip dasar menjadi pemimpin hampir sudah tidak dipinyai lagi oleh para pemimpin saat ini”tukas Umam.
Tak kalah dengan Solichul Umam,Dr Andre Yulius,yang mendapat giliran terakhir (ketiga) saat memaparkan berjanji akan bersikap tegas dan tanpa pandang bulu terhadap perilaku korupsi yang akan terjadi di tubuh pemerintahan Sidoarjo.
Bahkan ketika ditanya sikapnya jika bupati yang akan didampinginya nanti terlibat kasus korupsi, dengan tegas ia menjawab, “saya laporkan. Saya sendiri yang akan melaporkan!” tegas politisi yang juga seorang dokter ini.
Lebih jauh Andre menjelaskan warga kota delta pasti akan hidup sejahtera dan pembangunan bakal berjalan pesat jika Kabupaten Sidoarjo bisa dibebaskan dari perilaku korup yang dilakukan para politisi di eksekutif maupun legislatif serta kalangan birokrat.
Politisi yg juga aktivis pergerakan yang bergerak di bidang social kemasyarakatan itu mencanangkan visi misinya di forum yang digelar oleh komunitas WA Grup Ruang Publik Sidoarjo itu dengan konsep/slogan “Wis wayahe rakyat diopeni.Ora malah diapusi”tandas Andre bersemangat.
Sementara Bacawabup H Khulaim Zunaedi yang kali ini tampil kali kedua dalam acara dialog yang digelar WAG RPS bertajuk,”Mencari dan memilih calon pemimpin Sidoarjo Tahun 2024″ yang mendapat giliran pertama acara penyampaian Visi Misi tetap mengusung konsep serta jargon sebagaimana dalam acara penyampaian Visi Msi sebelumnya yakni konsep “Mbangun Deso Noto Kuto”
Konsep Bangun Deso Noto Kutho itulah menurut Khulaim diharapkan menjadi menjadi solusi yang strategis dari berbagai problem komplek yang sedang dihadapi Kabupaten Sidoarjo saat ini dan terutama ke depan.
Khulaim memaparkan konsep Bangun Deso Noto Kutho untuk menata pembangunan dimulai dari desa berlanjut ke pusat kota. “Pembangunan desa harus terus digenjot karena dana yang masuk ke sana akan bertambah, kalau desa maju maka wilayah kota juga akan maju,” terangnya.
Mindset membangun desa saat ini lanjut Khulaim hrus dirubah, sudah saatnya desa menjadi miniatur kabupaten.Dengqn kemampuan ADD dan BKD desa seharusnya sudah bisa menghasilkan pendapatan desa dan menumbuhkan perekonomian desa dengan menggali kreatifitas warga untuk produktif guna membangkitkan UMKM dan perlakuan produksi paskah panen.
”Pemberdayaan BUMDES sesuai kearifan lokal dan bekerja sama dengan petani untuk mengolah hasil pertanian sehingga bisa dipasarkan dalam bentuk barang siap konsumsi,” papar Cawabup Sidoarjo dari PAN ini.
Ditambahkan bahwa potensi pendapatan dari pajak dan retribusi baik parkir maupun pajak restoran dan hiburan kabupaten Sidoarjo bisa ditingkatkan APBD nya dari PAD. “Kota yang berkembang maka pendapatan dari pajak IMB dan BPHTB tiap tahun pasti mengalami peningkatan yang signifikan, apalagi kalau bisa membuka lahan perekonomian baru diantaranya lingkar
Ketua RPS, Sujani yang ditemui seusai acara mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu upaya komunitasnya untuk mengenalkan sosok yang sudah berani ‘pasang badan’ sebagai bakal calon bupati maupun wakil bupati Sidoarjo di Pilkada mendatang melalui berbagai partai.
Selain mengenal sosoknya, diharapkan melalui forum ini masyarakat juga bisa mengetahui isi kepala atau pemikirannya untuk membangun Sidoarjo ke depan. “Selanjutnya warga bisa langsung menguji kedalaman visi dan misi mereka sehingga terjadi diskusi yang cukup menarik tadi,” ujar aktivis yang dijuluki Bupati Swasta itu.
Dengan demikian semua pihak yang berkepentingan dalam pesta demokrasi nanti, baik dari sisi parpol maupun masyarakat secara umum bisa menilai siapa calon yang pantas untuk mendapatkan dukungan. “Selain itu diskusi ini juga bisa meningkatkan electoral mereka jika nantinya benar-benar ditetapkan oleh parpol pengusung sebagai kontestan Pilkada,” imbuh mantan ketua PAC Ansor Kec Kota Sidoarjo ini.
Rencananya kegiatan semacam ini akan kembali digelarnya hingga menjelang masa pendaftaran bakal calon ke KPU Sidoarjo yang dibuka pada 27-29 Agustus mendatang. “Karena calonnya banyak, sekitar puluhan, jadi akan diundang secara bergiliran. Mungkin setiap minggu ada forum diskusi semacam ini, bahkan mungkin bisa dua kali seminggu,” tambahnya.
Sujani menambahkan, selama ini kurang ada forum sosialisasi yang memberikan ruang interaksi secara langsung antara bakal calon bupati maupun calon wakil bupati dengan masyarakat. “Istilahnya supaya jangan sampai kita nanti memilih kucing dalam karung,” tukasnya.(Dillah)

Berita Terkait

Top